Rabu, 20 Agustus 2008

Tan Malaka, Tokoh Kemerdekaan Yang Terabaikan...

Tan Malaka, Tokoh Kemerdekaan Yang Terabaikan...


Kini usia negeri ini sudah menginjak enam puluh tiga tahun, yang telah merdeka dari penjajahan ataupun kolonialisme bangsa asing. Seperti kita ketahui kemerdekaan itu bukan datang dengan sendirinya namun kemerdekaan itu datang berkat perjuangan dan perlawanan rakyat. Di balik perjuangan dan perlawanan yang di lakukan oleh rakyat untuk mencapai kemerdekaan, itu tidak terlepas dari tokoh yang berpengaruh sebagai penggerak, yaitu yang kita sebut sekarang sebagai tokoh kemerdekaan, ataupun pahlawan kemerdekaan.

Bila ditanya siapa saja tokoh kemerdekaan Indonesia, pasti muncul di dalam pikiran kita adalah Sukarno, M.Hatta, M.Yamin, ataupun sekelompok pemuda seperti Sukarni, Chaerul Saleh, Wikana, Sayuti Melik dll, tanpa ada yang menyebut nama tokoh yang satu ini, yaitu Tan Malaka. Saya sendiri contohnya, selama saya duduk di bangku sekolah tak pernah sekalipun melihat namanya muncul dalam buku sejarah, namun setelah saya duduk di bangku kuliah baru saya mendengar sosok Tan Malaka dari teman ataupun membaca sekilas buku mengenai dia. Setelah saya membaca sekilas mengenai Tan Malaka, ada satu pertanyaan yang muncul dalam benak saya, yaitu mengapa tokoh besar seperti dia di lupakan ?, namun lambat laun saya pun mulai mendapat jawaban atas pertannyaan saya sendiri, ternyata Tan malaka adalah seorang Marxis-Leninis alias komunis !!!... yang merupakan musuh bebuyutan orde baru. Mungkin dengan alasan seperti itulah Tan Malaka harus di lenyapkan dalam buku sejarah Indonesia semasa orde baru yang lama berkuasa.

Tan Malaka merupakan tokoh yang pertama menulis gagasan berdirinya Republik Indonesia mendahului M.Hatta maupun Sukarno, melalui bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia ( menuju Republik Indonesia ) pada tahun 1925. Semasa hidupnya dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan melanglang buana ke berbagai negara untuk suatu perjuangan, yaitu mencari dukungan kemerdekaan bagi Indonesia, oleh karena itu ia memiliki banyak nama samaran dan tak luput dari kejaran Intel Cina, Amerika Belanda dll serta beberapa kali mendekam di penjara. Ketika seputar proklamasi, Tan Malaka juga memiliki andil dalam menggerakkan massa dan para pemuda ke rapat raksasa di lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945, yang merupakan rapat yang menunjukkan dukungan massa pertama terhadap proklamasi kemerdekaan.

Di dalam bidang pendidikan pun Tan Malaka sangat peduli ,terbukti setelah ia kembali belajar dari sekolah guru di Belanda, ia menjadi guru serta mendirikan sekolah rakyat bersama organisasi Sarekat Islam. Sekolah yang Ia dirikan di peruntukkan bagi anak kaum kuli, buruh kontrak yang merupakan golongan mayoritas. menurut dia pendidikan itu sangat penting sebab bertujuan untuk mempertajam kecerdasan, memperkokoh kemauan serta memperhalus perasaan. selain melakukan pergerakan di luar negri maupun di dalam negeri tan malaka juga penulis. Ada banyak sekali karya tulis yang dia hasilkan seperti karya tulisnya yang terkenal berjudul Madilog, Naar de Republiek Indonesia, maupun Massa Actie, yang telah banyak menginspirasi tokoh-tokoh pergerakan Indonesia seperti Sayuti Melik, Sukarno, Adam Malik, WR.Supratman dll.

Tan Malaka memang seorang Marxis tetapi dia juga seorang Nasionalis. Dalam kongres komunis Internasional di Moskow pada tahun 1922 Tan Malaka melawan arus, Ia mengatakan gerakan komunisme tidak akan berhasil mengusir kolonialisme, jika tidak bekerja sama dengan Pan Islamisme. Di kalangan partai komunis Indonesia Tan Malaka juga banyak bersebrangan, oleh karena itu ia di tuduh sebagai biang penyebab kegagalan pembrontakan. Sejak semula Tan Malaka tidak setuju melainkan berupaya mencegah rencana pembrontakan. Sebegai pemikir yang cemerlang dan otentik sejak masa mudannya, Tan Malaka memiliki cukup alasan mengapa pembrontakan di kesampingkan, salah satu argumennya ialah bahwa kekuatan pergerakan belum cukup matang, masih di perlukan pembenahan organisasi partai, guna menggalang basis massa yang kuat dan meluas.

Pada kabinet Sjahrir Tan Malaka pernah di penjara selama dua setengah tahun tanpa pengadilan. Tan Malaka juga pernah bersekukuh dengan Sukarno. Persekukuan Tan Malaka dengan Sukarno yaitu, Tan lebih mengedepankan gerilya ketimbang menyerah kepada penjajah. Bagi dia perundingan hanya bisa di lakukan setelah ada pengakuan kemerdekaan Indonesia 100 % dari Belanda dan sekutu.

Itulah sedikit mengenai Profil Tan Malaka, hampir setiap kehidupannya dia lakukan untuk berjuang bagi kemerdekaan negara ini, tapi akhir dari hidupnya sungguh tragis !!!, dia harus gugur di tangan tentara negaranya sendiri karena unsur politik. Gelar pahlawan nasional yang pernah di berikan Sukarno kepada Tan Malaka hingga kini tak jelas dimana rimbannya, hingga kini sudah beberapa generasi melupakan Tan Malaka oleh karena suatu kekuasaan politik, padahal di Filipina sosok Tan Malaka begitu di hargai. Maka dari itu saya sangat mendukung dengan usulan yang muncul belakangan ini, agar nama Tan Malaka di pulihkan kembali, supaya generasi berikut mengenang dan menjadikan Tan Malaka sebagai inspirasi, karena begitu banyak yang bisa di ambil sebagai pembelajaran dari sosok dan perjuangannya


Sumber Bacaan Utama : Majalah Tempo Edisi Kemerdekaan

3 komentar:

SAWALI TUHUSETYA mengatakan...

agaknya sejarah demikian gampang ditafsirkan oleh penguasa, mas weber. sejak dulu, suka dan tidak suka terhadap pelaku sejarah sudah ada. mereka yang dianggap tak sepaham dan selairan dianggap sbg seorang pecundang. suatu ketika, mudah2an ada pelurusan sejarah sesuai dg fakta yang senyatanya.

Anonim mengatakan...

Memang betul. sejarah di Indonesia ini perlu di pertannyakan sebab lebih banyak kesan manifulatifnya...

Anonim mengatakan...

Kita tidak pernah tahu, persisnya seperti apa cerita sejarah yang lampau...terutama jika tak ada pencatatan yang asli.