Senin, 11 Agustus 2008

PENCERMINAN TEORI SOSIAL DAN PRAKTEK POLITIK

Tulisan ini merupakan resume dari pemikiran seorang ahli sosiologi Jerman yang bernama Ralf Dahrendorf dalam melakukan suatu pencerminan terhadap teori sosial dan praktek politik. Oleh karena itu Ralf Dahrendorf akan melihat fakta terlebih dahulu dan menterjemahkan pendapat para pemikir besar mengenai teori sosial dan praktek politik, sebelum nantinya dia membuat kesimpulan. Teori sosial adalah merupakan setiap bentuk penteorian yang abstrak tentang sifat masyarakat, manusia, ekonomi dan tindakan sosial. Sedangkan praktek politik merupakan suatu bentuk tindakan yang di tujukan untuk menggunakan dan mempengaruhi kekuasaan negara dan pemerintah. Dewasa ini hubungan antara teori sosial dan praktek politik telah di tandai oleh kenyataan bahwa ia lebih mudah menimbulkan perselisihan daripada menghasilkan kejelasan pemikiran yang di kemukakan

Sekarang ini banyak sekali orang yang tampaknya ingin menguasai bidang praktek politik dan teori sosial. Contoh nya, seseorang hebat dengan teori-teori, oleh karena itu ia selalu mengecam kekurangan negara dengan teorinya tersebut namun tidak lama setelah itu dia mendapat jabatan di negara, teori yang pernah di kemukakannya tidak berjalan. Dia hanya banyak mendengarkan dari pada memenuhi tuntutan. Individu-individu yang sama yang sepenuhnya percaya pada apa yang mereka katakan dan tuliskan ketika mereka bergelut dengan teori-teori sosial akan berubah sikapnya manakala mereka sudah menduduki kursi kekuasaan. Dengan kata lain mereka secara mendadak bertemu dengan sejenis tekanan tertentu yang tidak pernah mereka jumpai di dalam teori sosial itu sendiri.

Hegel memiliki pandangan yang jelas terhadap hubungan teori sosial dan praktek politik. Ia dalam metodologinya mengajukan suatu pemikiran yaitu: para teorisi sosial tidaklah boleh menulis mendahului waktu ketika ia memikirkan makna kemajuan sejarah. Maksudnya “ apa yang masuk akal adalah yang nyata, dan apa yang nyata adalah yang masuk akal. “ . Menurut Ralf Dahrendorf, yang di maksudkan oleh Hegel adalah. Hegel mencoba mengatakan bahwa suatu yang di pikirkan pada suatu waktu mempunyai hubungan yang pasti dengan sesuatu kejadian yang terjadi pada saat itu. Teori dan praktek mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, sekalipun tidak bisa segera di buktikan.

Max Weber dalam pidato pentingnya pada tahun 1919, yang relevan dengan teori sosial dengan praktek politik yaitu “ Pengetahuan sebagai suatu profesi “ yang mengupas bahwa politik tidaklah berada di ruang kuliah dan kita harus lah membedakannya dengan jelas antara apa yang di kerjakan sarjana dan apa yang di kerjakan politikus. Ralf Dahrendorf mengartikan atau mengistilahkan upaya Weber untuk membedakan Ilmu Pengetahuan ( diistilahkan dengan “teori sosial”) dengan apa yang di sebutnya sebagai politik, tentu saja merupakan pernyataan tajam yang menegaskan bahwa tidak banyak penelitian ilmiah yang bisa membuktikan pembenaran nilai. Ralf dahrendorf mengatakan bahwa, betapapun rajanya kita meneliti dan membahas suatu kasus dalam kerangka penelitian ilmiah, tidaklah mungkin kita bisa memberikan alasan yang memadai untuk melakukan pembenaran terhadap suatu nilai. Dengan alasan itulah Weber ingin memisahkan pengetahuan pada satu pihak dan politik pada pihak lain.

Pada kuliah umum kedua tahun 1919 tentang “ Politik sebagai suatu profesi “, Max Weber membedakan antara “etika keyakinan” yang berkaitan dengan nilai-nilai absolut dan tidak mau menerima kompromi realita apapun dengan “etika tanggungjawab” yaitu pendekatan moral yang memiliki situasi khusus secara pragmatis, tanpa mengabaikan pertimbangan standar moral, tetapi yang pada saat yang sama tidak membiarkan di kuasainya tindakan politik seseorang. Ia mengatakan bahwa politik harus diatur oleh suatau etika tanggungjawab, karena ia di kendalikan oleh etika keyakinan, dan karenannya pula Ia akan bersipat tidak praktis. Jadi, berbeda dengan Hegel, Weber melihat kesenjangan antara teori sosial dengan praktek politik hampir bersipat mutlak. Jadi Weber tetap pada pendiriannya bahwa teori sosial dan praktek politik tidak bisa dengan cara apapun di baurkan, dia harus tetap pisah.

Oleh karena itu Ralf Dahrendorf membuat suatu kesimpulan bahwa tidak ada teori yang dapat menjembatani jurang antara teori sosial dengan praktek politik yang demikian memuaskan. Bersatunya teori dengan praktek dalam banyak hal hanyalah omong kosong belaka. Itu berarti teori hanyalah merupakan cermin politik praktis saja dan melulu merupakan sumber yang melahirkan keadaan ekonomi dan sosial yang ada. Ralf Dahrendorf juga mengatakan, keadaan sebagai sumber itu menimbulkan kekurangan pada teori, sebab menurutnya harus ada kemungkinan sikap antisipasi, kemungkinan pengembangan gambaran masa depan yang tidak hanya sekedar pencerminan keadaan sekarang. Oleh karena itu dia melihat dari cara pandang itulah mungkin ada terjadi kemunduran teori kalau berbicara tentang bersatunya teori dan praktek. Dan bila kita melihat dari sudut pandang lain dan berkata bahwa semua praktek politik sebenarnya juga berangkat dari suatu kerangka teoritis. Oleh karena itu Ralf Dahrendorf membuat kesimpulan lagi bahwa pada dasarnya merekalah yang menyebabkan praktek politik menjadi tidak efektif. dan dia juga mengatakan bahwa mereka mengabaikan realita praktek politik, tekanan-tekanan yang ada, lembaga-lembaga yang menghambat vtindakan, dan perlunya kekuasaan. Etika tanggung jawab memiliki tuntutan sendiri pada tindakan manusia, dan oleh karena itu bmengatakan bahwa hukuman tidak dapat melenyapkannya. dengan kata lain, tidak ada jembatan teoritis antara teori dan praktek, dan tidak dapat membohongi diri sendiri yang mengatakan bahwa jembatan itu ada.

1 komentar:

Fajri Hidayat mengatakan...

benar sekali bung, politik emang sperti itu. sebagai wartawan, saya malah lebih sering berhadapan dengan hal-hal seperti permainan itu.